Love

anata no uta (sebuah lagu untukmu)

Anata no Uta (sebuah Lagu untukmu)

Aku sangat menyukai saat saat besamanya.
Saat dalam pelukannya, saat dimana kita membicarakan apa saja.
Melakukan tindakan bodoh, dan kemudian tertawa bersama.
Aku menyukai senyumnya.

Sekali lagi aku menatap jam tangan putih yang melingkar di tangan kiriku. 06.35. Setengah lelah aku memandang layar handphoneku. No message. Hanya foto aku dan Kai yang terlihat. Kupandangi lagi sedetik, dua detik, tiga detik, detik berikutnya aku tersenyum lemah. Menyenangkan sekali melihat foto itu, bukti bahwa kita memang saling mencintai. Namun detik berikutnya lagi aku mulai melayang dalam anganku sendiri.
Kai. Aku mulai menggumamkan namanya. Nama yang saangat aku sukai. Entah kenapa, semua yang ada pada dirinya aku selalu suka. Aku memulai cerita bersamanya mungkin menurut kalian belum lama, sekitar 6 bulan yang lalu. Yeah, i have love him form the start. Bahkan sejak awal aku melihatnya. Sampai pada akhirnya disebuah pantai, kita berdua, ketika senja mulai menampakkan dirinya, kai meraih telapak tanganku dan menggenggamnya. Kemudian dia memandang mataku dan berkata, “aku suka kau, ai”.
Ada jeda setelah itu dan kemudian dia mengulangi pernyataannya “aku suka kau, ai. Kau?”
Sesederhana itu. Aku menyukainya.
Jam 06.40. masih pagi ketika aku terduduk di sebuah bangku stasiun yang berkarat ini. Kereta yang akan kunaiki harusnya sudah tiba.aku membuka ranselku dan mencari cari earphone, tidak ketemu. Padahal aku sedang ingin sekali mendengarkan lagu.  Aku menghela napas berat. Kai. Begitu banyak lagu yang kita dengar berdua. Apa dia tau, aku selalu bahagia setiap dia memberiku sebuah lagu. Lagu siapapun itu.
“Ai, dengerin lagu ini deh. Bagus.” Katanya.
“Oh ya??”
Selera musikmu memang bagus, kai. Sejujurnya aku selalu menantikan lagu baru darimu.
Sebuah lagu itu menyadarkan aku betapa indahnya hari hari yang aku jalani.
Sebuah lagu yang memaksaku menyisakan sedikit air mata di ujung mataku.
Perasaan sedih, haru, bahagia dan entah perasaan apa lagi yang aku sendiri tidak mengerti.
Entah bagaimana aku pun yakin, lagu itu untuk aku.
Lima menit kemudian, dari pengeras suara stasiun kudengar kereta yang akan aku naiki sudah hampir tiba. Penumpang diminta bersiap siap. Aku berdiri dengan enggan. Lagi lagi aku mendesah berat.
Aku pulang dulu, kai. Akankah kau merindukan aku? Aahh, bahkan sekarangpun aku mulai merindukannya. Saat saat kita menghabiskan hari hari bersama. Sayang pertemuan kita kemarin menyisakan sedikit pertengkaran. Kai mungkin kecewa. Kai mungkin marah. Tapi aku tau semua akan baik baik saja. Mungkin hanya perlu sedikit waktu untuk dirinya sendiri. Dia tidak akan meninggalkanku. Semua akan baik baik saja. Hanya saja aku memang selalu bersedih disaat saat seperti ini. Aku mencintaimu, kai.
To : Kai_Kun
Kai, ak brgkt dl..
Kau baik2 y dsni..
Ak sayang kau
Itu pesan singkat yang kutulis untuk kai sebelum aku melangkahkan kakiku memasuki kereta. Dan menemukan tempat dudukku.
Aku duduk memandang jendela. Ketika kereta mulai berjalan, tiba tiba aku merasakan pelupuk mataku berair. Sungguh, aku memang hanya seorang wanita yang lemah, kai. Aku tidak setegar kau. Aku selalu takut kau pergi, kai. Kau tau? Kau lah kebahagiaanku. Semua yang telah aku capai tidak akan pernah sempurna tanpa kehadiranmu.
Aku butuh dunia, dan kau yang melengkapi hidupku.
Aku butuh cinta, dan kau  yang menemaniku saat aku galau.
Kau tak perlu melakukan apa apa untukku, kai. Cukup berada didekatmu, dan semua akan baik baik saja. Aku selalu bahagia bersamamu. Biarlah, ada suka ada tangis juga. Tapi aku yakin aku bisa melalui semua itu. Denganmu.
Aku merasakan hembusan angin yang menembus jendela kereta api. Kupandangi hamparan permadani hijau yang tengah kulewati. Aku ingin kau tau bahwa aku mencintaimu. Benar benar mencintaimu.  Aku sedang terduduk disini dan kemudian merasakan ujung jariku mendingin. berusaha membuka mata hati tentang apa yang sudah dia berikan untukku. Sebuah lagu itu menyadarkanku. Bahwa seharusnya aku sangatlah bersyukur memilikinya.  Selama ini aku berjalan bersama ego yang tertanam kuat di benakku. Tanpa aku sadari ada dia yang selalu membuat semuanya jadi indah. Indah dengan segala kekurangannya. Namun sekarang kau sedang jauh, kai. Kau sedang jauh.
Aku kembali mengambil handphoneku dan mulai mengetikkan pesan singkat untukmu.
To : Kai_Kun
Aku sayang kau
Hanya itu.

Dia menyadarkanku bagaimana cara mencintai seseorang.
Dia menyadarkanku bahwa memang cinta itu tidak hanya sebatas kata kata.
Dia menyadarkanku untuk selalu bersyukur kepada Tuhan.

Waktu terasasangat lambat berjalan tanpanya. Berkali kali aku memandangi layar handphoneku dan berharap ada pesan masuk dari kai. Tapi ternyata kau tidak langsung menjawabnya, kai. Hanya foto kita berdua yang nampak. Ahh.. sudahlah. Mungin kai sedang sibuk. Mungkin kai sedang mandi. Aku mencoba  menenangkan hatiku sendiri.
Aku sangat menyukai saat saat besamanya. Saat dalam pelukannya, saat dimana kita membicarakan apa saja. Melakukan tindakan bodoh, dan kemudian tertawa bersama. Aku menyukai senyumnya.
“Kai, kenapa foto ini yang dipasang??”, kataku sambil sedikit merengut. Padahal dalam hati aku bahagia mendapati fotoku terpampang sebagai wallpaper di handphonya. “Ini kan jelek banget. Akunya lagi berantakan.”
Kai merebut handphonenya dari tanganku “Ini cantik tau”. Katanya menggodaku “Kau cantik, ai”
Kemudian dia memelukku.
Aahh..aku mulai merindukannya. Secepat itu kah? Entah kenapa semuanya terasa menyenangkan jika ada kau, kai. Aku ingat pertemuan kita kemarin. Siang itu. Ketika kita sedang berbincang. Tanganmu melingkar di pundakku.
“ai, kapan kapan kita ke jepang yuk.. atau ke belanda..”Katamu.
“Yuk..” jawabku. Yah, kita berdua memang punya cita cita yang sama. Pergi ke jepang. Bagi kita jepang sangat menarik y, kai?
“Iya, ai. Ntar enak tu kalo di jepang. Kita foto foto deh…” Katamu. Masih tetap memelukku.
Aku mengangakat kepala dan memandangmu, “emang kau mau foto foto?”. Ha, kai emang paling bodoh disuruh foto. Dia sama sekali tidak fotogenic.
“kalo di jepang mau lah.”
Kemudian kita tertawa berdua.
“ atau ke Belanda, ai. Ke praha. Kotanya bagus bagus. Aku suka.” Katamu lagi.
Aku mengangguk angguk saja.”makanya ayo kita kumpulin duit dulu.hahahaha”.
Ada jeda setelah ini.
Kemudian aku berkata “Emang kenapa kau pengen ngajak aku, Kai?” Tanyaku penasaran sambil memandangi matamu.
Kai kembali menarikku dalam peluknya. Bahkan Kai memelukku semakin erat. “Aku nggak tau, ai. Ya aku pengen aja ditemenin kau. “ katamu.
Aku tersenyum dalam pelukanmu. Kemudian balas memelukmu. “aku sayang kau, Kai”
Indah bukan? Itu indah sekali. Aku merasa menjadi wanita yang paling bahagia. Mungkin memang sederhana, tapi aku menyukainya. Menyukai semua yang ada pada dirinya. Mengagumi kepandaiannya. Dan mencintai kekurangannya.
Dadaku semakin sesak. Bagaimana kalo kai marah dan tidak kembali lagi? Bagaimana kalo kai meninggalkan aku sendiri? Kai, apakah kau mencintaiku?? Aku takut sekali. Bahuku mulai berguncang pelan. Tuhan, aku menangis lagi. Aku ingin jadi wanita yang kuat. Yakinkanlah padaku bahwa semua akan baik baik saja, Tuhan…
Sebentar lagi aku akan sampai ke kotaku. Kota tempat aku menuntut ilmu. Mungkin aku harus sedikit bersabar. Aku pasti akan merindukanmu, kai.
Aku kembali memandangi layar handphoneku. One message recieved. Kai. Kemudian aku membuka pesan itu sedikit terburu buru.
From : Kai_kun
Hati2 kau..
Ak juga sayang kau, ai..
Aku tersenyum. Pesan itu memang tidak seindah pesan pesan sebelumnya. Menandakan bahwa suasana hatinya memang belum stabil. Tapi aku sungguh lega. Kai masih mencintaiku.
Sesederhana itu yang kau lakukan, kai. Tapi itu udah lebih dari cukup buat aku. Aku lega. Kau tidak perlu melakukan apa apa untukku, kai. Cukup dengan memiliki dan mencintaiku. Aku bahagia mencintaimu, kai.
Satu pesan masuk itu memberi kekuatan untukku. Kekuatan untuk tetep survive. Aku mulai berdiri setelah kereta berhenti. Melangkah kaki dan memulai semangat menuntut ilmu. Senyum kecilku mulai terkembang. Ini semua untuk kau, Kai. Aku mencintaimu.
Terimakasih untuk pelukan yang selalu menenangkan hatiku
Terimakasih untuk pengorbanan yang tidak pernah aku sadari
Terimakasih untuk sebuah senyum yang sangat aku sukai
Aku sadar tidak ada yang lebih berarti dalam hatiku daripada dirinya sendiri.

Rabu, 19 Januari 20011
12.58 PM
Sebuah lagu untukmu, Ai-Ku

Iklan
Categories: Love | Tag: , , | 2 Komentar

jessica

Aku cuman bisa membalas senyum tanggung ketika gadis itu menyunggingkan senyum untukku. Meskipun sebenarnya teramat sayang kalau senyum itu harus dibalas hanya dengan senyuman. Senyuman tanggung pula. Seharusnya dibalas dengan sesuatu yang lebih berarti. Meskipun aku nggak tau, dengan apa aku herus membalas senyuman itu.
Jessica. Namanya Jessica. Jessica Widia. Nama yang singkat dan sederhana. Sesederhana orangnya. Sekilas gadis itu nggak terlalu cantik. Cantik sih, hanya saja penampilannya nggak terlalu mencolok. Sehingga nampaknya dia kalah cantik dengan yang lainnya. Tinggi badannya standar. Kira Kira 160 senti lah. Dengan badan yang nggak bisa dibilang kurus, tapi juga nggak gendut gendut Amat. Pipinya chuby, jadi lucu aja ngeliatnya. Dia jadi tampak imut imut. Kulitnya putih. Rambut hasil rebondingannya dipotong sebahu dengan potongan bob yang manis. Dia punya sepasang mata sipit yang tajam. Namun sorotnya lembut. Pokoknya menyenangkan sekali memandang senyum jenakanya itu.
Jessica melemparkan senyumnya ketika masuk ke ruang kuliah. Jadwal kita emang banyak yang bareng. Hari ini dia memakai celana jins skinny dan blus bermotif batik jawa. Pintar sekali dia memadukan jins skinny nya dengan blus batik berlengan puff itu. Etnik, tapi nggak kuno. Cantik. Tentu saja. Rambut rebondingnya diikat kesamping menyisakan sebagian rambut yang menjuntai. tas cangklong putih dan sepatu berwarna keemasan menambah kesan etniknya yang manis.
Gadis imut itu berjalan memasuki ruang kelas. Aku setengah mati berharap dia mengambil tempat duduk disebelahku. Kebetulan kosong. Tapi ya itu, sayangnya harapanku nggak terkabul. Jessica terus berjalan ke deretan bangku agak belakang. Dan kemudian mengambil posisi duduk disebelah Sandi. Setelah sebelumnya Jessica menyapa cowok itu dengan ceria.
Oke, siapa Sandi? Perlu juga kita bahas sedikit disini. Sandi sebenernya kakak tingkat kami. Dia setaun lebih tua dari aku dan Jess, nama keren Jessica. Namun Sandi mengulang mata kuliah yang sedang kita ambil ini. Sandi adalah salah satu anggota geng cowok yang cukup populer di kampus ini. Geng cowok cowok badung gitu deh. Yang kegiatannya nggak jauh jauh dari ngeband, nggak jauh jauh juga dari dunia malem, nggak jauh jauh juga dari rokok, bahkan mungkin minuman keras. Oke, yang terakhir itu emang bener bener terjadi. Tapi, yah… ditepat  ini yang seperti itu emang terlalu biasa. Aku juga nggak terlalu naïf kok, aku emang nggak nyentuh barang barang kayak gitu. Tapi seenggaknya aku udah bisa nerima orang orang disekelilingku emang gitu. Yang seperti itu udah nggak dianggep dosa. Lagian Sandi and the gank sebenernya orangnya juga baek baek kok. Cuman yahhh… itu dia…
Balik lagi ke Jessica. Sebelum Jess meletakkan pantatnya di kursi sebelah Sandi, terlebih dahulu mereka bertukar sapa. Jess keliatan tertawa senang gitu. Matanya menyipit ketika dia tertawa. Setelah itu dia duduk dan melanjutkan mengobrol dengan Sandi. Sembari menunggu dosen yang ngajar dateng. Mereka tampak akrab sekali. Aku cuman bisa menahan rasa yang tiba tiba jadi nggak enak ini. Aku curiga sebenernya, sudah beberapa pertemuan ini mereka nampak sangat akrab. Bahkan pas acara akustik festival kemaren aku nggak sengaja ngeliat mereka ngobrol berdua. Kayaknya serius sekali.
Sementara hubunganku dengan Jess sebenernya juga deket sih. Yah, sebates teman sekelas dan temen kelompok praktikum sih… tapi kadang-kadang dia juga sering cerita cerita gitu. Cerita tentang apa aja. Temen kosnya lah. Laporan praktikum yang numpuk. Atau apa aja. Tapi ya itu, dia sama sekali Belum pernah cerita tentang Sandi.
Balik lagi ke kuliah. selama kuliah berlangsung, Jess nggak pindah tempat duduk. Dia masih betah duduk sebelahan sama si Sandi itu. Posisi duduknya aja mepet banget jadi bikin aku makin curiga dan yah,,,,sedikit cemburu. Bukan sedikit dink, tapi banyak. Untungnya aku duduk di depan. Jadi nggak harus ngeliat langsung ”kemesraan” mereka berdua.

#####

Aku sedang mengemasi catatanku ketika seorang cewek berbaju batik menghampiriku. Aku mengangkat muka. Cewek berpipi chuby yang sangat aku kagumi itu sedang tersenyum kepadaku. Manis sekali. Mau nggak mau aku pun juga ikut tersenyum demi menyaksikan semua itu…
”Man,,,,” Panggilnya dengan intonasi khas cewek lucu. Suaranya rada di imut – imutin. Plus senyum yang rada dimanis-manisin juga. Aku tau kalo Jess bertingkah kayak gitu pastia ada maunya.
”kenapa, Jess?” tanyaku sambil tersenyum. ”duh, aku curiga nih. Pasti ada apa-apanya. Feelingku mendadak nggak enak nih” candaku sambil pasang tampang curiga yang agak berlebihan.
Kemudian dia meninju lenganku pelan sambil tersenyum.
Kita berdua tertawa.
”kenapa, non…?” tanyaku. Mengulang pertanyaan yang tadi.
Jessica tampak bimbang sebentar. ”man, aku boleh minta tabel hasil praktikum hidrologi nggak? Yang pertemuan ketiga.”
Lho? Jessica kan nggak ngambil praktikum itu. Aku mikir, jangan jangan….”tapi, Jess..” aku terdiam sebentar ” bukannya kamu nggak ngambil praktikum hidrologi?”
Jess diam sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Mendadak pipinya memerah. pipinya emang gampang memerah. sensitif sekali. Kena panas memerah. kalo malu juga memerah. dia nggak mudah nutupin perasaannya. Aku mulai curiga. Untuk apa dia minta hasil Hidrologi kalo dia nggak ikut praktikumya.
Kemudian aku inget kalo justru Sandi yang ikut praktikum hidrologi. Aku tau. Karena aku praktikum bareng si Sandi itu. Jadi….
”bukan buat aku, man…” jawab Jessica. ”buat Sandi. Kasian dia….”
”oooh,,,jadi gitu, Jess?”potongku cepat. Aku ngerasain nada suaraku yang tiba tiba meninggi. ”aku sebenernya juga udah nebak kalo itu buat Sandi”
Jessica kaget ngeliat responku yang seperti itu. ”kok kamu ngomongnya gitu sih, man? Nggak biasanya. Emang kenapa kalo aku minta buat Sandi? Dia belum ngerjain laporan praktikum. Nggak ada salahnya aku bantu kan, man?” jelasnya sambil tetap berusaha sabar.
”kenapa dia minta tolong kamu, Jess? Kenapa dia nggak berusaha nyari sendiri? Kenapa harus kamu yang nyari?” cecarku.
Jessica menggelengkan kepalanya ”aku cuman mau ngebantu dia, man. Apa itu salah?” Nada suaranya mulai meninggi.
”denger ya, Jess”  aku menatap matanya dalam dalam ”kamu bodoh, Jess.dia itu brengsek. Aku yakin kamu cuman dimanfaatin sama Sandi itu”
Plakkkk……
Sebuah tamparan mendarat pedas di pipi kiriku. Panas.
Tangan Jessica masih teracung di udara. Mata sipitnya yang bening mulai berkaca kaca.
“kalo kamu nggak mau bantu bilang nggak mau aja, man.” katanya dengan suara bergetar. ” jangan sembarangan men-judge orang tanpa kamu tau seperti apa orang itu sebenernya”.
Setelah ngomong begitu Jessica berbalik dan pergi meninggalkanku. Meninggalkan aku yang sedang memegangi pipiku yang memerah. sungguh, tamparan itu telak. Itu bukti kalo Jessica emang bener bener ada hati sama Sandi. Dan aku sangat sakit hati. Jessica ninggalin aku, temen deketnya, hanya untuk Sandi.
Ahhh, sebenernya apa sih bagusnya si Sandi itu.
Yah, walopun aku ngaku kalo seandainya aku harus bersaing sama Sandi aku emang rada jiper. Sandi manis sih. Sedikit. Cuman dikit, karena itu semua efek dari gayanya dia yang emang stylish (dia anak gaul). Sementara aku adalah tipe cowok baik baik. Aku ini lebih suka belajar dan berorganisasi. Dandananku biasa aja. Tapi seenggaknya aku nggak ngerasa kampungan. Oke, kalo ngadu fisik aku kalah.
Biasanya cewek mendambakan cowok baek baek. Iya nggak sih? Kenapa Jess justru milih cowok yang bandelnya naujubilah kayak Sandi? Oke, Sandi keren…
Tapi plis dong, Jess…. Sandi itu cowok malem. Doyan mabok. Doyan dugem. Bahkan bukan nggak mungkin dia tukang maenin cewek.. dia nggak pentes buat kamu, Jess. Mendingan kamu sama aku deh..

#####

Besoknya, pas praktikum hidrologi aku ngeliat Sandi udah ngumpulin laporan praktikum. Bah, dari siapa juga dia ngedapetin hasil praktikum. Aku ngeliatin Sandi. Sandi juga bales ngeliatin aku. Tapi dia kemudian diam saja.
Huh, kenapa sih aku jadi uring uringan gini. Aku yakin praktikum tadi aku nggak bakal bisa ngerjain. Otakku buntu. Entah kenapa aku khawatir sekali dengan Jessica. Aku bener bener nggak terima dia sama Sandi. aku yakin Sandi itu cuman mempermainkan dia. Aku yakin sekali.
Tambah butek aja rasanya begitu ngeliat Jessica berjalan berdua dengan Sandi. aku liatin mereka berdua. Nggak lama kemudian mereka berdua sadar kalo aku ngeliatin. Dengan tampang nggak rela pastinya.
Sandi ngeliatin aku dengan tatapan sinisnya. Entah benar entah enggak tapi aku ngerasa Sandi ingin maju menghampiriku. Keliatan dia sangat emosi. Hah, dia pikir aku takut. Tapi kemudian Jessica menggamit lengannya dan mengiringnya menjauh. Sandi menurut. Mereka berbalik menjauh. Setelah sebelumnya Sandi mengelus rambutnya dan merangkul pundaknya.
Idih, najis sekali deh ngeliat pemandangan begitu. Bayangin aja. Kalo kamu ngeliat orang yang udah lama kamu sayangin dirangkul rangkul sama cowok brengsek yang doyan mabok itu. Ih….
”Arman, ngapain sih ngeliatin Jess ama Sandi kayak gitu?” tiba tiba aja Manda dateng sambil menepuk pundakku. Rupanya dia sadar kalo aku lagi ngeliatin pasangan nahjong itu.
Masih dengan tampang butek aku menepis tangan Manda.
Manda nyadarin tampangku yang butek itu langsung bertanya, ”lo nggak rela ya si Jess jadian sama Sandi itu?” tanyanya.
Aku memandang Manda dengan tatapan sewot. Pirma juga ngeliatin aku dengan tampang seolah olah dia itu polisi yang menginterograsi narapidana.
”ya iyalah gue nggak rela” kataku pedas.”sumpah pengen gua gamparin tuh si tukang mabok…”
”sshhh….” Manda menempelkan telunjuk di bibirnya. ”ati ati lu kalo ngomong. Digamparin seisi kampus tau rasa lo..”
Aku ketawa sinis.”coba aja… gue nggak takut.”
Manda cuman geleng geleng.
Hening sejenak.
”ah sumpah deh najis banget. Kenapa juga sih si Jess mau sama Sandi brengsek itu. Mendingan juga dia sama gue” mendadak gue ngomel ngomel sendiri.
Manda ketawa pelan sambil membetulkan letak jilbabnya. ” arman….arman….” katanya ”dari dulu gue juga tau kok kalo lu naksir sama Jess”
Aku kaget.
Lagi lagi Manda cuman tersenyum. ”tapi cara lo nggak kayak gitu, man….”
Aku mengernyitkan muka.
”kalo lo sayang sama Jess. Lo kudu ngerelain dia bahagia. Nah liat aja, man. Dia keliatan bahagia sama Sandi” jelas Manda.
Lagi lagi aku ketawa sinis. “mana mungkin. Kalopun sekarang dia bahagia pasti itu awal bencana buat dia. Si Sandi brengsek itu pasti bakal nyakitin dia.” kataku berapi api.
”hei, dont judge a book by its cover, man” kata Manda. “cuman Jess yang lebih tau siapa Sandi sebenernya.”
Bah,,,
Apa pula itu. Ingin sekali kubantah Manda kalo sebenernya cover itu adalah cerminan isi buku. Covernya aja kayak gitu gimana isinya. Dan lagi, Jess sedang dimabuk asmara. Bukan nggak mungkin dia dibutakan sama Sandi brengsek itu.
Tapi aku nggak tega juga ngebantah Manda. Biarlah. Toh yang penting sampai sekarangpun aku nggak percaya aja sama Sandi. liat aja, akan tiba waktunya si Jess nangis nangis gara gara Sandi brengsek itu. Tunggu aja.

#####

Esoknya….
Anjrit. Udah jam sembilan lewat limabelas. Aku berlari lari menuju ruang kuliah. Hari ini aku kuliah jam sembilan. Itu artinya kau sudah telat lima belas menit. Aku juga nggak berharap bakal diijinin masuk sama dosen yang ngajar hari ini. Soalnya biasanya kalo ada yang telat lima menit aja langsung diusir. Nggak boleh ikut kuliah.
Sampe di depan pintu ruangan aku jadi urung masuk kelas. Ah, biarlah. Lagian aku juga belum pernah bolos ini. Sekali aja nggak papalah.
Kemudian aku mendadak ngerasa pengen pipis. Aku berjalan ke arah belakang menuju toilet. Sepi sekali kampus jam segini. Kegiatan kuliah masi berlangsung sih. Coba kalo jam istirahat, wah rame sekali pasti.
Sial…
Kenapa sih aku harus ketemu Sandi disini, batinku ketika melewati salah satu koridor kampus. Sandi sedang ngobrol dengan cewek. Sepertinya serius sekali. Tapi cewek itu bukan Jess!!!! Cewek itu siska. Anak satu angkatan sama Sandi. siska cantik dan seksi banget. Dia juga kaya raya. Bapaknya punya rumah makan gede yang buka banyak cabang gitu. Oh, jadi gini. Sandi ternyata ngelaba. Tuh kan, sejak awal aku juga curiga sama cowok brengsek itu.
Aku pengen banget ngelabrak nih cowok. Tapi segera kuurungkan niatku. Mendingan kufoto aja kejadian ini dari jauh. Ntar kalo timingnya tepat  bakal kutunjukkin sama Jess. Click. Untung Sandi nggak ngeliat.
Segera saja kulanjutkan perjalananku menuju toilet. Tepat di koridor yang agak jauh dari Sandi. aku mendapati seorang cewek. Terduduk di pojokan koridor sepi. Di dekat toilet. Lututnya dipeluk dan mukanya dibenamkan ke lutut. Samar samar kudengar suara isak tangisnya.
Gadis itu memakai polo shirt putih dan celana jins biru. Mukanya nggak keliatan. Rambutnya rebondingan. Walopun mukanya nggak keliatan tapi aku cukup mengenal gadis itu.
Itu Jess…
Jessica widia.
Ngapain dia menangis disini?
Aku segera saja menghampirinya.
“Jess….” Panggilku. Aku duduk di hadapannya.
Jess mengangkat muka. Mukanya dan hidungnya memerah. pipi chubbynya basah kena aer mata. ”man,,,,” lirihnya. Sepertinya dia sangat terluka.
Kemudian aku inget Sandi dan siska. Tuh, bener kan. Feelingku nggak meleset. Jess pastilah sudah menyaksikan itu semua. Bahwa Sandi dan siska….
Dasar, Sandi sialan…
Berani beraninya dia nyakitin Jess.
”Jess…” panggilku dengan nada kuatir. ” jangan naNgis Jess…”
Jess tetep sesenggukan.
Aku bangkit berdiri. ”SANDI EMANG SIALAN. BERANI BERANINYA DIA NYAKITIN KAMU, JESS. HAH, DARI DULU AKU JUGA UDAH CURIGA. BIAR AKU HABISIN DIA” Kataku. Kemudian aku berbalik hendak menghampiri Sandi.
” jangan, man….” Jessica teriak menahanku. Tapi terlambat. Aku udah keburu emosi. Segera saja kususul Sandi.
Sayang dia udah nggak ada di tempatnya semula.
Aku mulai mencarinya. Huh, kabur kemana si brengsek itu. Enak aja.
Nah itu dia, si brengsek itu berdiri di pinggir jalan dekat parkiran mobil. Aku menghampirinya. Sebelum dia menyadari keberadaanku aku mencengkeram kerah kaos polo putihnya dan memukul mukanya sekuat tenaga. Berkali kali.
”ini buat lo, yang udah nyakitin Jessica” kataku sambil terus memukul wajahnya. Berkali kali. Kulihat hidung dan bibirnya udah mulai berdarah.
Tapi aneh, begitu sadar kalo itu aku. Sandi sama sekali nggak berniat membalas. Dia hanya menghindar. Tapi nggak membalas memukulku.
”BERHENTI……….” Tiba tiba teriakan, kutau itu teriakan Jess terdengar dari seberang jalan. Aku menoleh. Sandi juga. Jessica berlari menghampiri kita.
Tapi tepat dari arah depan melaju kencang sebuah taksi kuning. Taksi nggak sempat mengerem. Hanya terdengar suara decit rem mendadak. Selain itu nggak terdengar apa apa. Bahkan teriakan Jessica pun nggak terdengar. Tau tau tubuh berbalut jins dan polo shirt itu udah terpental kembali di trotoar.
Tubuh itu diam. Tak bergerak. Tidak ada darah mengucur dari tubuhnya. Tapi tubuh itu diam. Tak bergerak.
”JESSICA” Sandi teriak histeris dan menghampiri tubuh diam itu. Aku juga ikut menyongsongnya. Sayangnya kita nggak sadar taksi telah kabur. Beberapa orang juga ikut mengerumuni.

#####

Tau tau aku udah berada di sebuah rumah sakit swasta. Dari tadi aku emang mengikuti Sandi membawa Jessica. Kini Jess sedang digeledek menuju  UGD. Sandi diampingnya nggak berhenti memanggil namanya. Aku juga hanya bisa lirih memanggil namanya.
Jessica….
Semua ini gara gara Sandi brengsek itu. Dia yang membuat Jess menjadi seperti ini. Sesampainya di UGD kita berdua dilarang masuk dan disuruh nunggu diluar.
Sandi duduk di kursi tunggu. Dia memegangi kepalanya. Wajahnya sepertinya cemas sekali. Bah, sSandiwara. Aku juga duduk di kursi tunggu. Saling pandang dengan Sandi sebentar. Namun beberapa saat dia kembali mengacuhkanku. Sibuk dengan pikirannya.
Lama kami berdiam. Aku juga sibuk dengan pikiranku. Kamu bakal menyesal, Sandi. dasar cowok brengsek. Jessica ketabrak. Ini semua awalnya gara gara Sandi nyakitin dia. Dari dulu aku juga udah curiga kalo dia cuman memanfaatkan Jessica. Dasar.
Kesempatan ini kumanfaatkan buat ngelabrak Sandi brengsek itu. ”heh” tantangku.
Sandi mendongak. Bekas darah yang mengering di bibirnya masih jelas terlihat.
”sekarang lo puas nyakitin Jessica?” tanyaku pedas. ”JESSICA TERBARING DI DALAM SANA ITU GARA GARA ELO. ELO UDAH NYAKITIN DIA DENGAN SELINGKUH SAMA SISKA.”
”Lo tau apa sih? Nggak usah ikut campur?” katanya. Cuek.
”HEH ” Aku mencengkeram bajunya hingga Sandi berdiri. Muka kami berdekatan ”GUE NGGAK AKAN TINGGAL DIAM KALO…..”
KLIK…
Pintu UGD terbuka. Seorang dokter yang rambutnya beruban keluar. Aku segera melepaskan cengkeramanku. Sejenak dokter itu terlihat bingung mendapati kami.
”siapa keluarga Jessica widia?” tanyanya.
”saya, dok…” Sandi berkata cepat. Sebelum aku sempat membuka mulut. ”saya tunangannya”
Chih, pacar aja. Itupun baru jadian udah ngaku ngaku tunangan.
Dokter itu menatap Sandi. ”Jessica tidak mengalami luka luar yang serius.” katanya.
Aku bernapas lega. Sandi juga.
”tapi….” potong dokter itu.
”kenapa, dok?”potongku cepat.
”dia mengalami luka dalam yang serius. Tulang belakangnya retak. Itu mengganggu sitem syarafnya. Dan….” dokter itu menggantung kalimatnya.
”kenapa, dok? Jessica kenapa?”
”Jessica lumpuh total. Kedua kakinya tidak dapat digerakkan lagi.”
Apa?Jessica lumpuh? Makhluk seindah dia lumpuh? Oh, no….. great, Sandi emang pembawa sial.
Sandi langsung terduduk lesu. Tidak berkata apa apa.
Dokter itu menepuk nepuk bahu Sandi. ”sabar ya. Sekarang Jessica belum sadar. Nanti kalau sudah sadar saya akan bicara padanya. Kamu temani saja dia, mungkin dengan begitu dia akan menjadi lebih kuat.”
Aku lihat Sandi mengangguk pelan.
Yeah, dokter itu menyuruh orang yang telah melumpuhkan Jess menemaninya? Tidak. Tidak akan kuijinkan. .
Selepas dokter itu pergi. Aku kembali menghampiri Sandi dan mencengkeram bajunya. Masa bodoh ini tempat umum. Tapi kali ini Sandi memberontak. Bahkan sebelum aku sempat mengepalkan tangan tau tau aku sudah dipepet ke tembok dan kepalan tangan Sandi sudah didepan mataku. Tapi Sandi nggak jadi memukulku. Dia hanya  mendorongku sampai tembok.
”ini semua gara gara elo, man” katanya lirih. Tapi tegas. ”elo…” kemudian dia menunjuk mukaku.
”gue?” tanyaku penasaran.
”iya elo. Kalo elo nggak curiga sama gue Jess nggak akan kayak gini”
“TAPI LO NYAKITIN DIA. LO BIKIN DIA NANGIS.LO BRENGSEK” Makiku.
“Gue emang tukang mabok, man. Gue emang nggak pinter kayak elo. Gue emang brengsek.” katanya ”tapi gue nggak akan nyakitin orang yang gue cintain”
aku udah mau mangap tapi Sandi memotongnya.
”gue emang brengsek. Tapi gue nggak akan nyakitin Jessica.” Katanya. Matanya menandang mataku tajam.
Aku melepaskan cengkeramannya dengan kasar. ”najis lo. Buktinya lo nyakitin Jessica dengan cara selingkuh sama siska..”
”man, apa sih yang lo tau tentang Jessica hah?” tanyanya.”lo selalu sok tau tentang Jessica. Tapi apa yang lo tau hah?”
Hening sebentar.
”apa lo tau kalo papanya Jessica dijeblosin kepenjara gara gara kasus korupsi? Apa lo tau kalo Sekarang ini keluarganya bangkrut berat? Apa lo tau kalo dia terancam D.O gara gara nggak bisa bayar biaya kuliah?apa lo tau semua itu, man? APA LO TAU??” Sandi berkata cepat namun jelas.
Apa?Jessica?terancam D.O?korupsi? apa pula itu?
“te…terancam D.O?” aku mulai tergagap.
“ya” jawab Sandi. “Jessica terancam D.O. bokapnya masuk penjara karena kasus korupsi. Keluarganya dituntut dan bangkrut. Jessica nggak bisa bayar kuliah” jelasnya.
“pas gue nawarin bayarin kuliahnya dia dulu, Jess nggak mau. Dia cuman minta tolong cariin kerjaan, man. Dia pengen bayar kuliah sendiri.” Lanjutnya. “itulah kenapa gue ngobrol dengan siska tadi. Gue minta tolong siska biar dia bisa kerja di restoran bokapnya siska, man….” Sandi mulai melunak. Suaranya bergetar. Sepertinya dia menangis.
”lalu kenapa tadi dia nangis di pojokan. Lo mau nyoba bohong?” sempat sempatnya aku ngancem Sandi.
”kenapa sih elo nggak bisa percaya sama gue, man? Oke, tadi dia memenuhi panggilan bagian administrasi. Yah, intinya dia ditagih bayar kuliah biar bisa ikut ujian. Tentu aja Jess nggak mampu. Tadi gue udah hampir bayarin dia dulu. Dia udah mau, dan janji mau ganti duitku. Gue salut sama usahanya dia. Gue banyak belajar dari dia, man…”
Aku speechless. Nggak tau harus ngomong apa. Jadi aku salah sangka dong….
Oh my God…kenapa bisa begitu.
”Dan elo, man…” katanya sambil menatapku tajam ”elo udah ngancurin impiannya buat bekerja, man. Elo ngancurin cita citanya. Elo emang….”Dia nggak mampu ngelanjutin kata katanya. Aku tau dia sangat marah. Marah sekali.
Aku jadi ngerasa nggak enak.
”kalo bukan karena Jess, elo juga udah gue matiin dari dulu. Benci banget gue sama elo, tau nggak? Gue tau elo naksir sama Jess dan lo sok nantangin gue.” Lagi lagi dia menatap mataku dalam dalam. “tapi apa, man? Lo tau? Jess ngelarang gue nyakitin elo, sahabatnya.”
Hening sejenak. Kemudian Sandi tertawa sinis. ”orang kayak elo masih dianggep sahabat buat dia, man… hebat bukan?” katanya. Miris.
Ada jeda panjang di sini. Gue beneran ngerasa kerdil. Bener juga. Gue nggak tau apa apa tentang Jessica.  Tapi lagi lagi egoku muncul, aku masih belum mau kalah.
”Jessica sekarang lumpuh. Gue nggak yakin elo bakal tetep sayang sama dia setelah ini kerena…..”
Bukk….
Kali ini pipi kiriku bener bener dipukul Sandi. panas. Sakit.
”gue nggak nyangka, man. Sebrengsek itu gue di mata elo. Asal elo tau aja, gue nggak peduli, man. Gue sayang sama dia. Dan kali ini gue nggak akan segan segan ngehabisin orang yang nyakitin dia.” katanya dingin.
Aku beranikan diri ngelihat matanya. Aku tau, ada ketulusan disana. Aku sekarang tau, Sandi benar benar mencintai Jessica. Aku kalah. Aku benar benar kalah.

#####
Jessica sudah sadar. Sudah dipindah di ruang perawatan. Sandi menghampirinya. Aku mengekor. Dari depan pintu aku melihat Jessica yang menangis histeris di ranjangnya. Dokter beruban itu ada disampingnya. Juga ada seorang perawat berjilbab. Jessica menangis histeris ketika tau dia lumpuh. Sandi datang. Memeluknya. Memeluk gadis yang kucintai yang masih histeris itu.
”AKU LUMPUH,,,,AKU LUMPUH,,,,AKU NGGAK BERGUNA….” Teriak Jessica.
Sandi memeluknya. ”nggak, sayang….. ”
Jessica meronta.
”AKU LUMPUH….AKU NGGAK BISA NGAPA NGAPAIN LAGI SEKARANG…..”Raungnya. Tangisnya makin menjadi. Miris sekali melihat pemandangan itu.
Sekali lagi Sandi memeluknya. Membisikkan entah apa di telinganya. Ajaibnya, gadis itu kemudian langsung tenang. Langsung luruh ke dalam pelukan Sandi.
Suster berjilbab itu ikut menangis. Sedih. Pasti sedih melihat makhluk secantik dan selucu Jess menjadi lumpuh. Dan dia lumpuh karena aku. Aku. Gara gara aku.
Sandi melepas pelukannya. Kemudian dia memegang wajah Jess dengan kedua tangannya. Menatap kedua bola mata Jess yang masih berkaca kaca dan kemudian berkata, ”inget, Jess. Seperti apapun kondisimu, aku bakal tetep disini. Nemenin kamu. Dan semuanya bisa kita lakuin, bersama sama” kemudian dia mengecup kening Jess penuh sayang.
Aku sadar. Jess benar. Manda benar. Nggak seharusnya aku men judge Sandi seperti itu. yang akhirnya  malah menyakiti orang yang kucintai. Kesalahan ini pasti nggak akan termaafkan. Aku ngehancurin kebahagiaan mereka berdua. Seandainya saja dari dulu aku merelakan kebahagiaan mereka. Pasti semua nggak akan begini.
Sekarang aku juga yakin 100 %, Sandi tulus menyayanginya. Teramat tulus. Bahkan mungkin aku yang nggak tulus.
Aku melirik ke arah mereka lagi. Jess masih merebahkan diri di pelukan Sandi. wajahnya tenang sekali. Seolah dia merasa aman disana.
Aku ngaku kalah. Cuman Sandi yang bisa ngelakuin itu. Akupun nggak akan pernah bisa membuat Jess merasa aman disampingku.
Sekali lagi aku kalah. Aku kemudian memilih berbalik pergi meninggalkan mereka berdua. bahkan untuk bilang maaf pada mereka pun aku nggak berani. aku sadar, nggak ada gunanya lagi ngegerecokin mereka. Mereka memang saling mencintai. Aku hanya bisa bilang maaf dalam hati.

#####

 

hiks.. sedikit terharu… kenapa saya bisa begitu mellow? kisah ini memang bukan pengalaman pribadi saya, dan juga bukan inspirasi dari siapa siapa.  tiba tiba ide itu muncul saja. hahahahaha. selamat menikmati.

Categories: Love | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Siiiaalll….!!!

Kriiiinnngggg,,,,,,
Jam weker mungil disamping tempat tidur Agan terdengar meraung raung. Agan terbangun sebentar, ngulet ngulet, lalu mematikan jam weker itu. Kemudian dia melirik jam weker itu. Setengah enam, tidur lagi bentar ah…… lima belas menit aja, batin Agan. Kemudian dia mulai merapatkan selimut lagi.
Agan berada disebuah taman yang indah. Penuh bunga. Dia duduk disebuah bangku kayu panjang bersama sesosok cewek manis, Anin namanya. Anin yang selama ini emang udah jadi inceran Agan, lagi merem melek dirayu Agan.
“Nin, aku cinta kamu” Rayu Agan.
“Gombal ah….” Kata Anin sambil mencubit pinggang Agan
Sakitttt…tapi enak, batin Agan lagi.
Adegan berikutnya adalah adegan paling lebay bila dilakukan oleh pasangan kekasih di jaman sekarang. Tetep simak ya..hehehehehe..
Agan kemudian curi-curi kesempatan mencium pipi mulus Anin. Kemudian berlari. Anin mengejarnya. Diantara pepohonan, rumput, semak berbunga, mereka maen kejar kejaran. Mirip banget film india. Agan ngumpet dibalik semak semak. Tampak jelas wajah bingung Anin yang mencari-cari Agan.
“Gan… Agan…” Anin memanggil nama Agan
Dibalik semak-semak Agan tersenyum seneng.
“Agaaannn…” Kembali Anin memanggil-manggilnya dengan suara yang…
Ahhh, Agan makin nggak kuku ngedengernya….
“GAN…..AGAN….GAN…..”
Loh? Suara Anin kok jadi cempreng begitu?? Mana pake teriak teriak segala.
“AGAAANNNNN….!!!” Kemudian Agan membuka mata. Sementara teriakan itu masih terdengar jelas sekali. Memekakkan telinga. Ternyata bukan suara Anin, tapi suara Dina, adeknya.
Oohhh, ternyata aku ngimpi ya??? Agan ngebatin.
“HEH, GAN…LO MAU SEKOLAH NGGAK??? UDAH SIANG NIH… BANGUN DONG…”
Agan melirik jan wekernya, “BUSEEEEEEEEEEEETTTTT..!! Setengah tujuh???” Nyawanya langsung terkumpul di ubun ubun semua. Kemudian cepat-cepat keluar kamar. Menabrak adeknya yang masih ngomel-ngomel.
“Kok lo nggak bangunin gue???” pelotot Agan.
Dina yang udah rapi balik melotot, “Lo sendiri yang bilang mau pake weker”
Agan mendesah sebal. Dina masi tetep melotot. Kemudian Agan berlari ke kamar mandi. Lalu mandi. Ya iyalah,,, masa mau maen bola dikamar mandi. Mandinya juga ngasal banget. Ngasal basah. Mandi bebek. Tau deh udah sabunan atau belum. Soalnya gue juga nggak ngintipin dia mandi. Hohoho…

####
Jam tujuh kurang lima menit, si Agan baru siap berangkat. Dina adeknya yang galak itu udah dijemput pacarnya tadi. Agan sekarang lagi nyegat angkot di jalan besar dekat rumahnya, nasip nggak punya pacar. Huhuhuhu. Jarak rumah ke sekolah kira kira 15 menit, itupun kalau nggak macet. Ya ampuuun,,,,angkotnya penuh penuh pula…
“telat deh gue..” Agan menepuk jidatnya ketika berdesakan di angkot.
Jam pertama kimia. Gurunya bu Indah, super sadis. Dia mungkin bisa saja tega ngebunuh Agan kalo telat. Hahaha, agak lebay emang.
Diluar masih hujan rintik-rintik. Jalanan basah sisa hujan deras semalem. “Hari ini hari peperangan, gue harus semangat, GUE HARUS DAPETIN ANIN” Agan berkata dalam hati.
Sudah jam tujuh limabelas ketika angkot berhenti tepat di depan sekolah Agan. Agan turun dari angkot. Tapi…Gubrak… Tiba tiba Agan terjatuh.
“SIAL. Ada yang dorong gue tadi “, Agan bangkit sambil nyumpah nyumpah. Saking sibuknya nyumpah nyumpah dia nggak liat ada sebuah mobil melaju kencang dan menabrak… bukan, bukan menabrak Agan, tragis amat endingnya kalo gitu ceritanya. Menabrak genangan air maksudnya. Dan Agan yang berdiri nggak jauh dari situ, beruntung banget “hanya” terkena genangan air jalanan di baju dan wajahnya.
“brengsek…”, kembali dia mengumpat. Nggak berani ngeliat seperti apa bentuknya sekarang. Kemudian dia masuk ke kelas.
Bu Indah menatapnya bengis. Dan satu kelas tiba tiba ketawa ngakak ngeliat penampilan Agan.
“JELEK BANGET LO, GAN..” celetuk salah satu temannya kemudian disambung dengan tawa yang lain.
Bu Indah mengedarkan tatapan bengis ke seluruh kelas, hebatnya semua manusia yang ada disitu langsung terdiam. Bahkan mungkin nyamuk yang ada disitu juga ikut terdiam..
“Maaf, bu. Saya terlambat.”, Setengah gemetar Agan mengucapkannya. “saya kesiangan, bu”
Bu Indah masih diam. Hanya menatap dengan tatapan yang sangat menyeramkan. Semua mata tertuju pada Agan, termasuk mata indah Anin.
“oke” tiba tiba Bu Indah berkata datar. “ Karena kamu memang tidak pernah terlambat sebelumnya. Saya maafkan. Cepat duduk. Tapi sebelumnya kumpulkan dulu PR kamu “ Perintah bu Indah.
Yess.. Gini doang ternyata naklukin guru killer itu?? Gampang banget ya..AGan ngebatin sambil ngeluarin buku PR di tasnya. Wajahnya senyum senyum sendiri sampai dia sadar ada satu hal yang salah. Buset, buku PR gue kemana ya?? Agan mulai mengaduk-ngaduk isi tasnya. Perasaan udah gue taruh di tas semalem. Mukanya tiba-tiba berubah jadi pucat.
Bi Indah menyadari perubahan muka Agan langsung menegur, “kenapa? Kamu nggak buat PR??”
Ada jeda sebentar setelah ini.
“ngggg… anu, bu,,, Buku saya kayaknya ketinggalan deh..” Agan membuat mukanya jadi se-innocent mungkin. “Tapi….”
“ALASAN” Tiba tiba gurunya membentak keras. Agan sampe hampir meloncat kaget “bilang saja kamu nggak mengerjakan”
“Tapi, Bu. Saya mengerjakan. Tapi…” Agan berusaha membela diri.
“Agan, TIDAK ADA YANG TAU KAMU MENGERJAKAN ATAU TIDAK. SEKARANG KELUAR…” katanya tegas.
Agan melangkah berat keluar kelas.” Ya ampun, sial banget sih gue…” katanya dalam hati. Dipandanginya penampilannya sendiri. Jelek banget. Aduhh, apa anin ngetawain gue???
Agan  duduk di pinggir lapangan basket yang sepi. Sejenak dia termenung sedih. Tapi beberapa saat kemudian dia tesenyum, “oohh..mungkin kesialan gue ini bakal berubah jadi kemenangan nanti. Gue pasti bakal diterima Anin. Ahh, cinta memang butuh pengorbanan” Agan senyum senyum sendiri.

#####
Teeet…teeet…teeet…
Bel panjang tiga kali menandakan waktu istirahat sudah tiba. Bak detektif kesiangan Agan mengamati gerak gerik anin. Wah, kebetulan target segang duduk sendirian di bangkunya. Agan nggak mau kehilangan kesempatan lagi, Anin langsing disamperin.
“Sendirian aja, Nin?” Sapa Agan.
Anin tersenyum, manis sekali. Agan sampe kebat kebit. “Iya nih… mau nemenin???” Goda Anin.
Agan langsung mendarat di bangku depan Anin. Agan terdiam sejenak. “Nin, gue pengen ngomong nih….”
Kening Anin berkerut “ Yah, sok atuh ngomong, Gan…ngapain pake ijin dulu….” Anin tertawa.
Hmmm, kocak juga nih cewek. Kayaknya peluang buat gue nih… banzaaaiiiiiiiiii…. Agan nyemangatin diri sendiri.
“gan??? “ Panggil Anin “kok diem?? Emang mau ngomong apa sih? Serius amat kayaknya…”
“gue malu, nin…”
Anin bingung.
“mmmm,,, gini loh, nin…” Agan tergagap. Sial, ternyata lebih gampang ngapalin kimianya si Indah daripada nembak cewek. “Nin,, anu… gue… gue… gue mau…”
“oohhh…. Lo pasti mau minjem duit ya, Gan?? Ya ampunn… gitu aja pake malu. Emang lo butuh berapa??” Anin nyerocos aja gitu.
Agan langsung pucat pasi. Sadis amat sih ni cewek, masa gue dikira mau minjem duit sih??? Tapi Agan tetep nggak mau nyerah. “nggak, nin…masa minjem duit sih… bukan….”
“Trus?”
Agan bertekad buat ngomong, “Nin, gue suka sama lo” kata Agan pelan. Tapi tegas. “Jadi pacar gue ya….”
Anin setengah nggak ppercaya, setengahnya lagi percaya. Dia bengong sejenak. Kemudian dia tersenyum, manis sekali. Agan suka sekali melihat matanya yang menyipit setiap kali tersenyum. Ih, agan jadi pede. Optimis.
“waduh, Gan. Maap. Udah ada yang punya nih gue…” Anin berkata tanpa dosa.
Jderr… Agan langsung tewas.
“Lagian lo bukannya pacaran sama Evi ya? Anak kelas sebelah? Lo kan tiap hari bareng dia mulu. Evi kan temen SMP gue, gan. Dia pinter loh… trus dia juga…..” udah nggak didenger lagi celotehan Anin. Agan sedih, tiba tiba aja ngerasa sedih. Ahhh, masih sial juga gue…

#####
Koridor sekolah emang rame banget kalo waktu pulang gini. Huh…
Dibawah ring basket ada Evi, sendirian. Evi kelasnya sebelahan sama Agan. Sering pulang bareng Agan karena rumahnya searah. Deket sih, mereka juga care satu sama lain. Sering ngerjain PR bareng, yah, lebih tepatnya nyontek bareng sih. Mungkin karena itu Anin mengira Agan pacaran sama Evi.
“Vi..” panggil Agan.
Evi menoleh. Heran. “Ya ampu, Gan… Lo lecek banget hari ini”
Ganda tersenyum pahit, “bawel ah. Gue kecelakaan tadi pagi.”
Evi nggak sanggup nahan ketawa, “hahahahah, paling jatoh dari angkot kan???hahahahah. dari jauh tadi gue pikir ondel-ondel mau pawai lo”
“Sialan lo, Vi.” Mau nggak mau Agan ikut ketawa. Menertawakan kebodohannya sendiri.” Yah, seenggaknya ada Evi. Dia pasti bisa ngehibur gue yang lagi galau ini..huh…”Agan ngebatin lagi.
Sebuah motor berwarna merah menyala tida tiba nyerempet Agan, membuatnya jatuh terjengkang.
“astaghfirullah, Gan…” Evi berteriak panik. “Lo nggak papa kan?” katanya sambil menolong Agan bangkit.
“nggak papa, Vi. Sialan banget tuh orang” maki Agan. Sial lagi nih gue.
Tiba tiba motor itu berbalik arah menghampiri agan dan evi.
“Evi, kamu disini ternyata…” Danang, si pengendara motor itu menyapa Evi. “aku cari daritadi”
“Ya ampun, danaaaang…” Desah Evi. “kamu tuh gimana sih, maen srempet kanan kiri aja. Liat nih, si Agan jadi kena srempet juga kan…” Evi mulai ngomelin danang.
Danang cuman garuk garuk pala. “sori, Vi. aku buru buru tadi,nyariin kamu tau”
“Loh… kamu minta sorinya ke agan dong….”
“iya deh, maapin gue ya, Gan… gue bener bener gak sengaja tadi “ Danang mengulurkan tangannya.
Agan mengangguk sambil mesem.
“Yuk pulang, vi..” Ajak Danang. Evi menangguk. Detik berikutnya dia tersenyum pada Agan dan mereka cabut entah kemana.
“Yaaahhh, gue lupa kalo evi udah punya danang sekarang” ratap Agan.

#####
Dengan pasrah dia melangkahkan kaki sendiri menuju gerbang sekolah. Bergabung dengan para penunggu angkot diluar sana. Sendiri.
Satu lagi kesialan yang bakal nimpa si Agan kita ini. Nggak sadar dompetnya jadi sasaran empuk tukang palak yang demen nongkrong di depan sekolahan. Disaat lagi rame dan Agan lagi lengah, tuh tukang palak merogoh saku belakang Agan dan mengambil dompetnya. Agan anteng aja, yah namanya juga nggak sadar. Lagian tukang palaknya nggak kreatif, bukannya malak, malah nyopet.
Setengah sebel karena angkotnya penuh mulu. Agan jadi haus, kemudisn dia merogoh dompet untuk beli minum. Saat itulah dia sadar kalo dompetnya raib.
“alamak, dompet gue minggat kemana..” Agan berteriak dalam hati. Diaduk aduk tasnya, nggak ada juga. Ternyata dompetnya memang bener bener ilang. “Mampus gue, nggak bisa balik nih gue…”
Agan memutuskan jalan kaki. Otaknya udah nggak bisa mikir lagi. Yah, jauh memang.tapi dia nggak tau harus ngapain lagi. “sial banget ya gue hari ini” sesalnya. “abis ini apa lagi yang bakal nimpa gue, Ya Tuhan…”
Agan terus berjalan, sambil berharap ketemu seseorang dan ngasih dia tumpangan. Tapi mulunya terus mengumpat sepanjang jalan ,”SIAL…”

######

hihihi..inget bikin cerpen ini waktu masih SMA, waktu masih imut imut. makanya ceritanya g jauh jauh dari cerita anak sekolahan jaman saya waktu itu. just for fun.

Categories: Love | Tag: | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.