Love

Surat Cinta Tengah Malam

Surat Cinta Tengah Malam

Sekali lagi aku mencampakkan selembar kertas itu ke dalam tempat sampah disamping meja kerjaku. Kulirik jam meja digital kecil yang tergeletak di mejaku, 12.07. sudah lewat tengah malam, dan aku belum sekalipun berhasil membuatnya. Surat cinta.
Sedikit konvensional. Aku terlalu malu mengungkapkannya secara langsung. Aku malu. Dia benar – benar gadis yang sempurna. Aku tidak sanggup menahan ini lebih lama sebenarnya. Namun aku terlalu takut untuk memulainya. Dan akhirnya aku memutuskan, surat cintalah jalan keluarnya.
Aku mulai melnulis lagi. Sekali lagi aku mencoba menggoreskan pena di kertas putih ini. Penaku berjalan lembut diatas kertas.
Aku mencintaimu, kamu sedang apa?
Ahh, aku menghela nafas berat. Aku sungguh sungguh ingin bertemu kamu sekarang. Ingin mengungkapkan semua apa yang telah aku rasakan sejak lama ini. Tapi aku tau ini nggak mungkin terjadi. Kalaupun terjadi, aku nggak akan berani mengungkapkannya kepadamu. Aku terlalu takut. Aku terlalu pengecut. Teringat kejadian waktu itu.
Aku sedang berjalan ringan menuju kantin kampusku ketika tak kulihat sesosok gadis berjalan agak tergesa. Tanpa sengaja dia menabrakku hingga aku dan dirinya jatuh terduduk. Gadis itu menunduk. aku mengangkat muka mencoba bangkit. Jenna. Dia Jenna. Gadis yang sekala ini aku kagumi. Jenna juga mengangkat muka dan memasang tampang tolol. Hahaha, lucu sekali. Dia cantik sekali dengan kemeja flanel yang terbuka kancingnya, kaos hitam polos didalamnya, jeans skinny hitam, dan converse putih buluknya. Pakaian dia sehari hari. Rambutnya lurus diikat kebelakang dan menyisakan sedikit poni yang agak berantakan. Sungguh dia bukan cewek yang feminim, tapi dia sangat cantik, sangat putih. Kembali lagi, Jenna dengan tampang tololnya itu kemudia berdiri.
“maafin gue, dave. Gue buru buru. Lo nggak papa kan??” katanya sambil mengulurkan tangan mencoba membantuku.
Sesaat aku berpukir untuk tersenyum menyambut uluran tangannya dan berkata, “ it’s ok, Jen. Gue nggak papa”
Tapi yang terjadi kemudian adalah, aku bangkit sendiri dan kemudian berlari menjauh darinya tanpa sepatah katapun. Setelah jauh, aku baru sadar betaapa memalukannya sikapku tadi. Sungguh nggak jantan banget. Jenna pasti udah ilfil sama aku.
Aku juga heran kenapa sosok jenna itu bisa banget membuat aku menjadi sangat bodoh. Aku ini nggak seperti yang kalian bayangkan, kalian pasti udah ngebayangin sosok aku yang kurus, berkaca mata, kutu buku, pengecut dan nerd banget sementara jenna bak putri impian yang nggak akan mungkin jatuh ke dalam pelukan ugly duckling seperti aku. Namun pada kenyataannya aku bukanlah itik buruk rupa seperti yang kalian bayangkan. Justru akulah angsa tampan. Yah, mungkin agak berlebihan. Tapi memang benar, aku bukan ugly duckling dave.
Aku adalah seorang Dave Forester, mahasiswa tingkat empat disebuat universitas terkenal. Aku nggak terlalu pintar tapi aaku juga nggak bodoh. Aku juga nggak jelek, buktinya banyak cewek yang suka sama aku. Mantan aku juga banyak banget. Fisik? Kalau aku boleh sombong sedikit, banyak yang bilang aku ganteng. Aku tinggi, kulitku putih cerah nggak pucat kayak kebanyakan teman temanku, rambutku kemerahan asli tanpa diwarna, mataku biru cerah, hidungku mancung dan kata cewe cewe aku punya gigi dan rahang yang seksi, aku juga punya pergaulan luas dan banyak teman. Aku kapten tim basket kampus, aku juga modis. Aku bukan cowok yang cupu. Singkat cerita, akulah idola.
Namun entah mengapa, aku selalu jadi bodoh di depan Jenna. Jenna yang biasa biasa saja. Sangat jauh bila dibandingkan dengan teman tenam wanitaku yang seksi, blonde, memakai gaun dan high heels kemana mana.  Jenna just ordinary girl who wear skiny jeans and sneakers, but she is too special. She’s totally herself. Nggak malu dengan stylenya sendiri. She’s fun, of course.
Setelah kejadian tabrak-lari itu, siangnya, pada waktu kuliah. Jenna tiba tiba berdiri disamping kursiku.
“kosong kan, dave?” kemudian dia duduk disampingku. Jenna memang teman sekelasku.
Dan aku hanya mengangguk tanpa kata. Sungguh aku nggak berani memandang wajahnya. Sejenak sampai…
“Dave?” Jenna memanggil namaku. Aku mengangkat muka dan pandangan kami bertemu. Ya Tuhan, dia sangat cantik. Aku terdiam beberapa saat.
“Dave, gue minta maaf ya yang tadi. Jangan marah ya…” katanya lemah tapi tetap sambil tersenyum.
“santai, Jen. Gue nggak marah kok. Oh ya, kapan kapan kita makan bareng yuk” jawabku. Sayang jawaban itu hanya tersimpan didalam hati. Lagi-lagi aku cuman bisa menjawab “ya, Jen. Nggak papa.” Dan kemudian menunduk lagi.
Aku merasakan Jenna menatapku sambil terheran. Mungkin dia sedang berfikir, “ada apa dengan si Dave. Bukannya biasanya dia cerewet kalo sama teman temannya tapi kenapa sama gue dia kayak gini?? Cupu banget dah, ternyata dia nggak sekeren yang gue bayangin.” Aah, stop. Diam, Otak. Jangan berfikir macam-macam.
Dan akhirnya selama jam kuliah berlangsung, kita berdua hanya diam saja. Selama dua jam. Dan aku telah menyia nyiakan satu kesempatan.
Kembali lagi ke surat cinya tengah malamku. Tertulis dua kalimat sudah “aku mencintaimu” dan “kamu sedang apa?”
Huuffhh,,, perasaanku terus bertambah darii waktu ke waktu. Ini sangat berbahaya, Jenna. Kamu selalu ada di otakku. Mungkin otakku memang hanya berisi Jenna, Jenna, Jenna, dan Jenna. Yah, terlalu berlebihan. Benar, kau sangat menarik bagiku. Kau mungkin adalah tempat yang yang paling luar biasa didunia.  Itulah alasanku menulis surat cinta di tengah malam ini.
“aku mencintaimu”, “kamu sedang apa?”
Aku membaca kedua kalimat itu sekali lagi. Kemudian aku merasa ada yang janggal disana. Kedua kalimat itu, nggak bagus banget sih. Detik berikutnya aku meremas kertas itu gemas. Kemudian, untuk kesekian kalinya, kucampakkan kedalam tempat sampah disamping mejaku. Surat cinta tengah malamku. Karena satualasan, aku tidak mengirimkannya padamu. Surat cinta tengah malam yang kubuat untukmu.
Aku ingat aku sering sekali tanpa alasan melewati studio musik kampusku jika pulang kuliah. Hah, lucu memang mengingat pintu keluar kampus dengan studio musik itu berlawanan arah. Kalian pasti tau alasannya. Jenna. Jenna sering sekali berada disitu tiap pulang kuliah. Sekedar ngobrol bareng anak anak musik yang lain. Atau kalau aku lagi beruntung, aku isa menyaksikan Jenna bernyanyi sambil memainkan gitar akustiknya. Karena pintu studio memang lebih sering terbuka.
Seperti pada waktu itu, aku melewati studio sebelum pulang. Kudapati ruangan studio sepi. Hanya ada Jenna seorang. Dia duduk di kursi bulat. Tangannya memainkan gitar akustiknya dan menyanyikan sebuah lagu berbahasa jepang. Aku memandanginya cukup lama. Suaranya bagus. Aku menikmatinya. Berdiri di ambang pintu studio sambil tersenyum. Sayangnya, aku tidak tau apakah itu hari sialku atau sebaliknya. Karena tiba tiba Jenna memalingkan muka ke pintu. Memergoki aku yang sedang berdiri disana sambil memandangnya terpesona. Jenna Bangkit dan meletakkan gitarnya kemudian bersiap menghampiriku.
Lagi lagi, aku malah berlari. Jenna memanggil namaku dari pintu studio, “ dave…dave…”
Tapi aku terus berlari menuruni tangga. Pura pura tidak mendengarnya.
See, aku memang terlalu bodoh mungkin. Seorang Dave si kapten basket kampus, menjadi bodoh di depan seorang gadis bernama Jenna.
Aku kembali melirik jam. 12.20. hufh…masih belum terlalu malam. Sekali lagi aku mencoba membuatnya. Surat cinta tengah malam. Surat cinta yang kubuat untukmu. Aku belum mau menyerah. Sudah terlalu banyak sampah kertas yang teronggok di dasar tempat sampahku. Terlalu banyak kertas yang bertebaran memenuhi kamarku ini. Kertas surat cinta tengah malam.
Aku benar benar ingin bertemu dengannya. Ingin mengugkapkan semua ini. Aku udah tidak tahan lagi. Pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan sensasi seperti ini. Bukan pertama kali aku jatuh cinta, tapi yang ini terasa sangat berbeda. Sangat menyenangkan, tapi juga sangat menyiksa. So passionate. Namun aku selalu ketagihan ingin terus merasakannya.
Dan aku mulai menulis lagi. Kali ini aku serius berusaha menulis. Memikirkan kata-kata yang tepat. Ah, ternyata rumus fisika lebih mudah daripada menulis sebuah surat cinta.
“untuk seluruh hidupku, untuk selamanya, aku akan selalu mencintaimu. Jadi, ikutilah aku. Jadilah milikku”
Aku telah menulis dengan jujur apa isi hatiku. I have write the truht on my heart. The letter that i wrote just for you.  A love letter written in the middle of the night. Aku telah menemukan kata-kata yang tepat. Kupandangi surat cinta singkatku, kubaca lagi pelan pelan.  Sepertinya kata kata itu sedikit memalukan. Tapi itullah isi hatiku yang sebenarnya.
Kulipat kertas itu. Kemudian kumasukkan kedalam amplop putih. Surat cinta itu. Surat cinta yang kubuat untukmu. Surat cinta yang ditulis tengah malam.
To:     Jenna Smith
Jamine homestay
San Jose 171 –
Kemudian aku berjalan keluar menuju kotak pos dekat rumahku. Dingin sekali malam ini. Aku mulai berfikir betapa kurang kerjaannya aku. Kenapa harus surat, kenapa harus diposkan?? Kenapa nggak bilang aja langsung “ Jen, Gue suka elo. Jadian yuk” seperti yang biasa aku lakukan dengan cewe lain?? Atau kalopun mau pakai surat, kenapa nggak disampaikan aja langusng ke Jenna? Hufh, aku nggak tau. Aku benat benar bodoh.
Sampai di kotak pos, aku mulai semakin ragu.
Apa sih yang aku lakukan? Aku pulang ke rumah. Aku pulang. Masih menenteng surat cinta tengah malamku. Untuk suatu alasan, aku tidah mengirimkannya untukmu. Aku meletakkanya di meja. Surat cinta yang kubuat untukmu. Surat cinta tengah malamku.

######
Matahari sudah panas ketika aku selesai bersiap siap untuk kuliah. Kutenteng ranselku, Kuteguk kopi hangat di meja kerjaku kemudian pandanganku tertuju pada sebuah amplop putih yang tergeletak disana. Surat cinta tengah malamku.
Aku membacanya sekali lagi.
“untuk seluruh hidupku, untuk selamanya, aku akan selalu mencintaimu. Jadi, ikutilah aku. Jadilah milikku”
Aku merasa sedikit memalukan. Surat cinta tengah malamku. Surat cinta yang kubuat khusus untukmu, Jenna.
Aku mulai berjalan kaki menuju kampusku. Memikirkan sedikit tentang surat cinta tengah malamku. Yah, sekali lagi aku gagal dan melewatkan kesempatan meyatakan cintaku.
Aku masih terus berjalan. Aku telah menuliskan isi hatiku yang sebenar benarnya. Karena sebuah alasan, aku tidak mengirimkannya kepadamu. Surat cinta yang kubuat khusus untukmu.
Surat cinta yang ditulis tengah malam.

24 Juni 2011

 

Cerpen ini terinspirasi dari sebuah lagu berjudul yonnaka ni kaita love letter (surat cinta tengah malam) yang dinyanyiin oleh rapper jepang Home Made Kazoku>

Categories: Love | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.